PERJALANAN RASUL Eps 4 PERJALANAN CINTA IBRAHIM UNTUK ISMAIL


Ada sebuah cerita indah tentang seorang ayah, Nabi Ibrahim, yang dengan penuh kasih sayang terus mengunjungi keluarga tercintanya, Hajar dan Ismail, yang ditinggalkan di Mekah. Meski terpisah jarak yang sangat jauh, Ibrahim tidak pernah lelah untuk kembali ke tempat itu. Cerita ini mengisahkan perjalanan Ibrahim yang penuh kesabaran, yang terjadi dalam empat kali kunjungan.


Kunjungan Pertama: Ujian yang Berat

Pada kunjungan pertama, Allah SWT memberikan wahyu kepada Ibrahim untuk menyembelih putranya, Ismail. Perintah ini begitu berat, namun Ibrahim tetap taat. Dengan hati yang sabar, Ibrahim membaringkan Ismail untuk melaksanakan perintah tersebut. Ketika mereka berdua sudah siap, Allah memanggil Ibrahim, "Hai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata." Lalu, Allah menggantikan Ismail dengan seekor sembelihan besar, sebagai tanda kasih sayang dan pahala bagi Ibrahim yang telah menjalani ujian dengan penuh kesabaran.


Allah berfirman dalam Surat Ash-Shaffat ayat 103-107:


"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. Ash-Shaffat: 103-107)


Peristiwa ini terjadi sebelum kelahiran anaknya yang lain, Ishaq, yang usianya lebih muda 3 tahun dari Ismail.


Kunjungan Kedua: Ismail Belajar dan Menikah

Pada kunjungan kedua, Ibrahim datang setelah Ismail dewasa, tepatnya ketika Ismail sedang belajar bahasa Arab kepada suku Jurhum. Ismail kemudian menikah dengan seorang wanita dari suku tersebut. Pada saat itu, Hajar, ibu Ismail, telah meninggal. Ibrahim datang untuk mengunjungi mereka, tetapi Ismail tidak ada di rumah. Istrinya menceritakan tentang kehidupan mereka yang penuh kesulitan. Ibrahim memberikan pesan kepada Ismail untuk mengganti palang pintu rumahnya, yang merupakan isyarat bahwa Ismail perlu untuk berpisah dengan istrinya. Ismail mengerti pesan itu dan menceraikan istrinya. Kemudian, Ismail menikahi wanita yang lebih baik, yang berasal dari keluarga terhormat, putri dari pemimpin suku Jurhum.


Kunjungan Ketiga: Perubahan yang Positif

Ibrahim kembali mengunjungi Ismail pada kunjungan ketiganya setelah pernikahan kedua Ismail. Namun, kali ini, Ibrahim tidak dapat bertemu langsung dengan Ismail, yang tidak ada di rumah. Ibrahim bertemu dengan istri Ismail dan menanyakan kabar mereka. Istrinya menyampaikan bahwa hidup mereka telah membaik berkat berkah dari Allah. Ibrahim meninggalkan pesan kepada Ismail agar dia memperkokoh rumah tangganya, simbol dari keberkahan dan kestabilan yang perlu dijaga.


Kunjungan Keempat: Pertemuan Penuh Haru dan Pembangunan Ka'bah

Pada kunjungan keempat, Ibrahim akhirnya bertemu kembali dengan Ismail setelah sekian lama. Ismail ditemukan Ibrahim sedang meraut anak panah di bawah pohon, tak jauh dari sumur Zamzam. Pertemuan ini begitu emosional, penuh kasih sayang dan rasa rindu yang mendalam. Mereka berpelukan, saling menyapa dengan hangat, layaknya ayah dan anak yang sudah lama terpisah. Setelah pertemuan itu, mereka bersama-sama membangun Ka'bah, meletakkan batu pertama untuk tempat ibadah yang menjadi simbol kesatuan umat manusia dalam menyembah Tuhan. Ibrahim kemudian menyeru umat manusia untuk menunaikan ibadah haji, sebagai perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam.


Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 125:


"Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang rukuk dan sujud." (QS. Al-Baqarah: 125)


Kisah perjalanan Ibrahim ini bukan hanya tentang kunjungan seorang ayah kepada anaknya, tetapi juga tentang kesetiaan, pengorbanan, dan ketulusan hati dalam mengikuti perintah Allah. Setiap langkah yang diambil Ibrahim mencerminkan rasa cinta dan kepatuhan yang luar biasa, yang menjadi teladan bagi kita semua.


Penulis : Erlin Kurnia Sri Rejeki

Referensi : Sirah Nabawiyah

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.