Semakin Menjauh

Catatan Di Sela Rakornas LDK PP Muhammadiyah

Oleh : Fikri (LDK PDM Kebumen)

Tetaplah berdiri saat orang yang singgah di rumahmu itu tak terlihat lagi. Begitu kira-kira nasihat yang kadang kita dengar saat ada tamu terus dia beranjak pulang. Tak baik kita langsung masuk kedalam, padahal tamu itu masih terlihat jalan meninggalkan rumah kita. Ini mirip dengan sebaliknya saat kita bertamu, maka baiknya kita memanggil atau mengetuk pintu tuan rumah 3 kali saja, selebihnya menunggu atau kembali lagi ikhtiar hadir nanti sore atau lain hari.

Ada kisah relawan Lazismu harus membawa teman sesama relawan saat hendak berkunjung ke rumah donatur. Karena khawatir target donasi tak kena, gegara 3 kali ketukan pertama sang tuan rumah belum merespon. Maka teman satunya menjadi bagian strategi, untuk membantu melengkapi ikhtiar yang pertama dengan mengetuk pintu kembali bahkan mencari sisi pintu yang lain sekiranya ada.

Sepele tapi itulah yang disebut sebagai nilai, tak sekedar menjadi baik saja, tapi berusaha ditambah dengan menjadi sebaik-baik manusia. Inilah nilai sesuatu yang menempel dalam sebuah aktifitas atau kondisi. 

Kadang kita terjebak dan terlalu disibukan pada sisi kompetensi (keahlian semata) tapi lupa bahwa biar kompetensi itu bernilai maka awali dulu dengan karakter.

Filosofinya seperti orang menanam padi (karakter) maka otomatis akan muncul rumput atau ilalang (kompetensi). Hal yang tak muncul jika dibalik, kita menanam rumput maka mustahil tumbuh padi.

Mirip dialog salah seorang murid Kyai Dahlan bernama Fakhrudin, saat hendak pamit dari Muhammadiyah karena dihadapkan pada kebutuhan ekonomi sehingga ingin fokus berdagang. Dengan harapan setelah berdagang sukses (kompetensi) berharap bisa kembali ke berdakwah (karakter) bahkan lebih dari itu, yakni bisa support finansial dakwah Muhammadiyah..

“Apa engkau kira kalau meninggalkan Muhammadiyah dan berdagang saja engkau akan menjadi kaya? Bukankah Allah Sang Pemberi rezeki?” begitu kira-kira jawaban Kyai Dahlan.

Fachruddin malu pada dirinya sendiri. Dia tidak jadi berhenti, malah semakin giat mengurus Muhammadiyah. Sambil berdagang, sambil bertabligh, sambil membina kader, sambil menulis naskah untuk majalah, sambil aktif mengurus Muhammadiyah, ternyata rezekinya tidak menyusut.

SAI Dulu, Biarkan Zam-Zam Muncul Kemudian


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.