Menggugat Nabi Adam
Menggugat Nabi Adam
dr. H. Monte Selvanus Luigi Kusuma, MMR || Ketua Bidang MPKU PDM Kebumen
Dalam sebuah warung kopi terjadi sebuah perbincangan hangat. Pak Benu seorang kritikus menggugat Nabi Adam as!
"Semua ini, salahnya Nabi Adam," katanya berapi-api. "Coba kalau Nabi Adam nggak tergelincir makan buah khuldi, kita semua anak cucunya, nggak akan menderita begini. Kita semestinya tinggal di surga, gara-gara kesalahan Nabi Adam, kita semua jadi diusir dari surga. Kita yang mestinya nggak perlu bekerja, karena semua serba ada di surga, sekarang mesti bekerja dulu sebelum dapat sesuatu."
Orang yang sedang makan di warung pun terpukau mendengar gugatan pak Benu kepada Nabi Adam.
"Coba kita pikirkan, sekarang kita tinggal di dunia ini. Kelak ada di antara kita yang akan masuk surga, namun nggak jarang di antara kita yang bakalan nyicipi panasnya api neraka," kata pak Benu lagi. "Ini salah siapa coba? Tentunya ini salah Nabi Adam, karena dia lah maka kita dapat tugas berat di dunia ini. Satu sama lain saling bermusuhan, satu sama lain saling bersaing. Bahkan nggak jarang yang saling bunuh. Iya ndak?!"
Pelanggan warung itu mulai mengikuti logika pak Benu dan mulai mengiyakan apa yang disampaikan. "Ho oh bener kuwi pak Benu," sahut salah seorang pengunjung warung.
Tiba-tiba seorang santri yang kebetulan sedang makan siang ikut berkomentar, "Wah pola pikir bapak, mohon maaf kurang tepat pak."
"Kurang tepat bagaimana bocah?" Tanya pak Bedu marah, karena merasa ada bocah seusia cucunya berani membantah argumentasinya.
Santri ini tanpa emosi menjawab, "Sebelum membantah argumentasi itu, izinkan saya bertanya pak, siapakah makhluk pertama yang diciptakan Allah?
- Apakah manusia? Tentu saja bukan, karena sebelum ada manusia sudah ada malaikat dan jin
- Apakah jin? Ini juga bukan.
- Apakah malaikat yang pertama kali Allah ciptakan? Bukan juga.
Ternyata yang pertama kali Allah ciptakan adalah Al Qolam (pena). Coba simak apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ ، قَالَ : رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟ قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ ) .
Dari Ubadah bin As-Shamit, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Awal makhluk yang Allah SWT ciptakan adalah (Al Qolam) Pena, lalu Dia berkata kepada pena, ‘Tulislah.’ Pena berkata, ‘Apa yang harus aku tulis?’ Allah berkata, ‘Tulislah apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi hingga hari Kiamat.”
Sekarang masuk ke pembahasan, ketika Al Qolam menuliskan kejadian dari awal hingga akhir dalam Kitab Lauh Mahfudz, apakah kisah nabi Adam tergelincir oleh tipu daya syetan itu sudah ada di dalamnya?"
"Ya... mestinya kisah tersebut sudah dituliskan oleh Al Qolam.." sahut Pak Benu ragu.
"Iya pak, hal itu sudah tertulis dalam Lauh Mahfudz. Jadi semisal tidak ada campur tangan Iblis pun, lambat laun pasti Nabi Adam akhirnya akan memakan buah khuldi tersebut," kata Santri.
"Lebih lanjut pak," kata Santri, "Kita mesti ingat pak, apa tujuan Allah menciptakan manusia? Mari kita simak, kata Al Quran:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS Al Baqarah 30).
Tujuan Allah menciptakan makhluk baru bernama manusia ini memang menjadi khalifah di muka bumi. Semisal Nabi Adam tidak memakan buah Khuldi, lambat laun kita sebagai keturunan nabi Adam pun pasti akan Allah turunkan ke dunia ini pak. Wong memang Allah jadikan manusia itu untuk menjadi khalifah fiil ardhi kok. Sampai sini jelas ya pak. Jadi kalau kita menggugat Nabi Adam, ya jelas kita salah alamat pak. Nabi Adam itu hanya salah satu aktor, demikian pula dengan kita. Script naskah lakon kita sudah tertulis, dan pasti kita akan ngampahi lakon tersebut pak."
Kali ini pak Benu terdiam merenung dalam-dalam ucapan santri tersebut. "Astaghfirullah... kamu benar mas Santri, saya keliru."
"Ga apa-apa pak, jangankan kita, wong Nabi Musa juga pernah menggugat Nabi Adam, persis seperti yang njenengan ajukan tadi."
*Pesan moral:
1. Proses penciptaan alam semesta ini sudah tertulis lengkap dalam Lauh Mahfudz tanpa ada sedikitpun yang terlewat. Hidup manusia ini sudah terikat dengan takdirnya, oleh karenanya mengimani takdir buruk atau takdir baik menjadi bagian dari rukun iman. Jika seseorang tidak mau beriman kepada takdir, maka rusaklah imannya dan tidak akan diterima iman lainnya oleh Allag SWT.
2. Tidak sepantasnya kita menyalahkan orang lain atas musibah yang menimpa kita. Hal ini pun diajarkan oleh Nabi Adam, ketika beliau diturunkan ke dunia ini beliau tidak pernah menyalahkan Iblis dan berkata, "Ya Allah, aku jadi begini kan karena Iblis." Tetapi Nabi Adam berkata:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin
Artinya: "Wahai Pemelihara kami, sesungguhnya kami telah berbuat dhalim terhadap diri-diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, sungguh kami termasuk golongan orang-orang yang rugi." (QS Al-A’raf: 2).
3. Logika manusia terkadang tidak sesuai dengan kehendak Ilahi Rabbi, misalnya kita harus menerima ketentuan takdir yang baik dan buruk; oleh karenanya diperlukan tuntunan dan contoh supaya manusia tidak tersesat dan tidak keliru jalan.
Wallahu a'lam bish showab
Leave a Comment