Salah satu penerapan Islam berkemajuan adalah memberikan motivasi positif bagi lingkungan sekitar. Dengan anugerah PCM Gombong menjadi PCM terbaik sedunia, maka harapannya PCM Gombong bisa menjadi motivasi dan teladan bagi PCM-PCM yang ada di sekitarnya. Hanya PCM Gombong, satu-satunya PCM yang memiliki 3 orang direktur utama RS dan 1 rektor.
Islam Berkemajuan dan Islam Nusantara Islam Nusantara adalah slogan dari NU, sedangkan Islam Berkemajuan adalah slogan dari Muhammadiyah. Yang berhak untuk mendefinisikan Islam Nusantara adalah NU itu sendiri, demikian juga dengan Islam Berkemajuan yang berhak mendefinisikan adalah Muhammadiyah. Jangan tergesa-gesa menyalahkan slogan-slogan tersebut, karena boleh jadi justru kitalah yang tidak mengerti atau tidak paham dengan apa yang dimaksud.
Mengapa harus ada menambahkan istilah Berkemajuan, menjadi Islam Berkemajuan? Mengapa tidak Islam saja tanpa embel-embel di belakangnya, sesuai dengan yang dibawa oleh Nabi saw?
Satu hal yang mesti dipahami, bahwa untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah tidak cukup dengan membaca teks semata-mata. Perlu adanya penafsiran terhadap teks yang dimaksud dan bagaimana menerapkan ajaran agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya Islam memiliki beberapa perspektif:
1) Islam sebagai syariah; hal ini sudah final karena tidak ada syariah baru (Al Maidah 3).
... اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Contoh perspektif syariah; Semua orang sepakat bahwa Idul fitri syariatnya adalah 1 Syawal. Namun penerapannya atau metode menentukan 1 Syawal, ada berbagai macam. Ada yang menggunakan perhitungan, ada juga menggunakan rukyat. Metode inilah yang dikenal dengan nama fiqh.
2) Islam sebagai fiqh
Dari mana kita bisa memahami dan mengamalkan agama Islam? Dari terjemah dan tafsir para ulama. Dari contoh pengamalan pelaksanaan Idul Fitri kita jadi paham bahwa fiqh dalam Islam akan berubah sesuai perubahan ruang dan waktu. Contoh lain adalah penerapan zakat fitri, apabila diterapkan sesuai dengan tekstual hadits, maka penggantian gandum dengan beras, sejumlah 2.5 kg menjadi tidak ada dasarnya.
Zakat di masa Rasulullah adalah satu shoq kurma. 1 shoq senilai 4 mud (2 telapak tangan manusia dewasa). Di era saat ini, hal ini tentu akan membingungkan umat, karena tidak ada keseragaman di dalam menentukan besaran jumlahnya dan komoditi kurma yang tidak selalu ada di negeri kita. Maka diperlukan ada pendekatan ijma' (kesepakatan ulama), dan munculah komoditas zakat berupa beras sejumlah 2.5 kg. Jadi zakat fitri dengan beras adalah contoh pemahaman dan penafsiran fiqh oleh ulama dan ijma' dengan ulama-ulama yang lain.
Muhammadiyah bukanlah suatu agama, tetapi paham agama (fiqh). Seragam dalam syariah, beragam dalam fiqh.
Islam berkemajuan itu tidak membahas pada syariah namun lebih menekankan pada bidang fiqh. Metode memahami quran dan sunnah tiap-tiap ulama dan organisasi itu berbeda-beda, tergantung ulama yang membimbing. Muhammadiyah tidak asal kembali kepada Quran dan Sunnah tetapi dengan kembali kepada Al Quran dan As Sunnah melalui pendekatan metodologi bayani, burhani dan irfani.
Di dalam pengamalannya, Islam dalam arti fiqh bisa berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Pakaian adalah syar'i (menutup aurat), tapi cara memakai pakaian adalah budaya asalkan aurat telah tertutup. Membaca Al Quran adalah syariah dan cara membacanya adalah budaya, lalu muncullah murrotal, qiro'ah dan lain-lain.
Al Quran tidak sekedar indah pada isinya tetapi juga indah secara visual dan bacaannya. Visual bisa ditunjukkan dengan khat dan kaligrafi. Tahsinul khat adalah seni menulis yang digunakan untuk penulisan huruf atau abjad dalam bahasa Arab. Istilah ini sering disamakan dengan kaligrafi. Namun, dalam penggunaanya, kaligrafi dapat digunakan untuk huruf latin, sedangkan tahsinul khat hanya diperuntukkan untuk huruf Arab.
Karakter Muhamamdiyah di Dalam Mengamalkan Islam Adalah Berkemajuan
Islam Berkemajuan yang digemakan oleh Muhammadiyah memiliki 5 ciri utama (Al Khasaaish al khamsah):
1) Berlandaskan Tauhid.
Menurut Muhammadiyah, tauhid itu bukan hanya sekadar keyakinan, tapi juga pengamalan, menghindari perdebatan kalam ataupun teologis. Tauhid yang jadi landasan bagi Muhammadiyah atau Islam Berkemajuan itu adalah tauhid yang punya implikasi bagi kehidupan sosial, bagi alam semesta. Juga bagaimana manusia sebagai makhluk yang tunggal itu harus dimuliakan, ditinggikan derajatnya, dicerahkan dengan dakwah penuh cinta agar mereka kembali ke ialan yang benar dan menghindar jalan yang sesat.
2) Kembali Kepada Al Quran dan As Sunnah.
Muhammadiyah menjadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai pedoman. Bagi lslam Berkemajuan, semua ayat Al Quran dan Hadits dimaknai tidak hanya tekstual tetapi juga menggunakan dimensi logika, ilmu pengetahuan dan teknologi (bayani, burhani dan irfani).
Islam dalam perspektif bayan (tekstual) belum tentu aplikatif. Untuk mengaplikasikan tekstual (bayan) terkadang diperlukan pengambangan metode lainnya yaitu burhani (kontekstual), misalnya pada saat ulama menafsirkan kurma untuk zakat; diganti dengan makanan pokok beras. Sedangkan irfani adalah model metodologi berfikir yang didasarkan atas pendekatan, kepantasan dan pengalaman langsung (direct exprience) atas realitas spiritual keagamaan. Irfani dari kata 'urf yang artinya adat. Menggunakan kopiah pada saat khotbah bukan sunnah, tetapi hal itu adalah adat (kepantasan atau kepatutan). Orang yang memahami (irfani) disebut arif. Perbedaan antara arif dan alim adalah, jika arif berarti orang yang banyak memahami sedangkan alim adalah orang yang banyak mengetahui. Dengan perspektif Irfani kita bisa menentukan kapan hilal bulan syawal bahkan untuk 100 tahun ke depan.
Muhammadiyah bukan salafy juga bukan khalafy, Muhammadiyah mengambil pendapat dari kedua sumber tersebut.
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
"Telah aku tinggalkan di kalangan kalian (umat nabi Muhammad) 2 perkara, apabila kalian berpergang teguh pada keduanya kalian tidak akan tersesat yaitu: Kitabillah (Al-Qur'an) Sunnatu Rasulullah". (Hadits)
Siapakah Ulama Salaf?
Di manakah sunnah Rasul ketika Rasulullah telah wafat, apa yang acuan Sunnah? Setelah Rasulullah wafat, muncullah 4 Imam madzhab, dan Islam dibangun berdasarkan pemahaman para imam ini. Contohnya: Imam Syafii menjabarkan Islam dalam kitabnya Ar Risalah dan Al Um. Inilah ulama salaf yang menjadi rujukan sunnah dari ulama NU.
Sedangkan acuan fiqh ulama menurut Salafy, adalah ulama yang berasal dari generasi sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in.
Muhammadiyah mengambil semua pendapat ulama-ulama baik ulama salaf (baik dari sejak zaman sahabat hingga imam madzhab) dan juga mengambil pendapat dari ulama khalaf, kemudian semua pendapat tersebut dirajih (ditimbang) berdasarkan perspektif bayani, burhani dan irfani. Maka tidak mengherankan jika kemudian Muhammadiyah dikenal sebagai Manhaj Tarjih, karena sebelum memutuskan sebuah fiqh, Muhammadiyah akan menampung semua nash, dalil dan pendapat ulama lalu memutuskan dengan di-rajih (ditimbang) dalil yang paling kuat.
3) Menghidupkan ljtihad dan Tajdid.
Muhammadiyah berpendapat bahwa pintu itihad tidak akan
tertutup sampai akhir zaman. Contoh menghidupkan tajdid misalnya mengembangkan RS atau universitas di luar negeri.
4) Mengembangkan Wasatiyah (moderat).
Silkap pertengahan (wasatiyah) diambil dari makna Surat Al-Baqarah ayat 143 untuk menjadi umat pertengahan (ummatan wasathan).
وَكَذٰلِكَ جَعَلۡنٰكُمۡ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ
"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia" (QS Al Baqarah: 143).
Dan dalam QS. Al-Qoshosh: 77
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS Al Qoshosh: 77).
5) Sifat Rahmatan Lil-'alamin.
Sifat ini ditunjukkan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan
latar belakang, perbedaan agama, dan kepada lingkungan.
Wallahu a'lam bish showab
Leave a Comment