JENDERAL SOEDIRMAN: PAHLAWAN ASING DI NEGERI JEPANG

Jendral Soedirman: Pahlawan Asing Di Negeri Jepang

dr. H. Monte Selvanus, MMR | Ketua Bidang MPKU PDM Kebumen

       

Tahukah Anda, dari sekian banyak patung pahlawan di halaman Kementrian Pertahanan Jepang, tampak ada patung pahlawan yang bukan berasal dari bangsa Jepang. Patung itu adalah satu-satunya pahlawan yang berasal dari luar bangsa Jepang, dan telah berdiri sejak tahun 2011. Patung siapakah itu? Patung itu adalah patung pahlawan Nasional Indonesia yaitu Jenderal Soedirman.

          Bagaimana patung Jenderal Soedirman bisa berdiri di sana? Mengapa negara Jepang menganggap Jenderal Soedirman adalah sosok pahlawan dan sangat menghormati beliau? Hal ini tentu ada kaitannya dengan Perang Dunia II yang melibatkan Jepang dan seluruh negara bekas jajahan Jepang. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyatakan kalah perang setelah Hirosima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom dari Amerika Serikat. Sesuai Konvensi Wina, pihak yang kalah perang harus menyerahkan kembali wilayah jajahannya kepada penjajah sebelumnya. Namun saat itu Indonesia telah memproklamirkan diri, sehingga Belanda harus mengambil alih kekuasaan di Indonesia dengan paksa. Liga Bangsa-Bangsa memberikan izin masuknya Sekutu (diwakili oleh Inggris) ke Indonesia, dan mempersilakan Belanda (NICA) ikut serta di dalamnya. 

        Awal perjanjiannya, tentara Sekutu (Inggris) hanya membebaskan tawanan perang yang berasal dari Eropa khususnya dari Belanda, melucuti tentara Jepang dan memulangkannya ke Negara Jepang serta membenahi administrasi negara Indonesia sebelum diserahkan kepada Belanda. Namun dalam prakteknya, selain membebaskan tawanan perang Belanda, tentara Inggris juga mulai mempersenjatai tawanan tersebut. Hal ini terjadi di Ambarawa dan Magelang yang kemudian memicu kemarahan pada penduduk setempat. 

        Hubungan pun semakin pelik karena Sekutu ternyata mulai melucuti senjata anggota Angkatan Darat Indonesia, hingga terjadilah kontak senjata antara Inggris dengan TKR pada tanggal 26 Oktober 1945. Pertempuran baru berhenti setelah Presiden Soekarno dari pihak Indonesia dan Brigadir Bethell dari Inggris meleraikan kedua belah pihak. 

        Lalu diadakanlah gencatan senjata antara TKR dengan tentara Inggris. Namun perjanjian ini kemudian diingkari oleh Brigadir Bethell sendiri karena Inggris mulai menggempur Ambarawa. Letkol Isdiman komandan TKR yang bertugas di Ambarawa gugur dalam penyerangan tersebut. Posisinya langsung diambil alih oleh atasannya yaitu Kolonel Soedirman (sebelum menjadi Jenderal). Dengan cermat Kolonel Soedirman mengamati situasi, dan menerapkan sebuah taktik gemilang untuk menjebak pasukan Inggris di Ambarawa. Taktik ini berhasil, Kolonel Soedirman berhasil membalik situasi. Inggris pada akhirnya terdesak dan kehabisan personil serta logistik dan amunisi, sehingga pada tanggal 15 Desember 1945, Inggris sang juara Perang Dunia dengan perasaan malu terpaksa harus meninggalkan Ambarawa.

      Pada tahun 1946, secara resmi Inggris meninggalkan Indonesia karena Inggris merasa tidak ada manfaatnya berlama-lama di Indonesia selain hanya menguras tenaga dan bunuh diri secara perlahan. Pasca penarikan tentara Inggris dari Indonesia, yang tertinggal adalah tentara Belanda. Belanda yang masih belum menerima kemerdekaan RI merencanakan sebuah agresi militer dengan tujuan merebut pemerintahan yang sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak tanggung-tanggung sebanyak 2 kali Belanda melancarkan agresi militernya yaitu pada tahun 1947 dan 1948. 

        Pada agresi militer Belanda yang pertama, Belanda tidak berhasil mengambil alih pusat pemerintahan RI. Dan pada serangan agresi militer yang kedua, Belanda all out menyerang Ibu Kota RI yang saat itu ada di Yogyakarta. Pangkalan pesawat terbang Angkatan Udara Republik Indonesia di Maguwo di Yogyakarta luluh lantak digempur pesawat-pesawat pembom, dan tak berapa lama berselang diumumkan bahwa presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta telah ditawan Belanda. 

        Belanda beranggapan bahwa bangsa Indonesia telah kalah, karena ibu kota dan pucuk pimpinan mereka telah tertawan. Namun anggapan mereka keliru, karena ternyata TNI di bawah pimpinan Jenderal Soedirman yang pada saat itu masih berusia 34 tahun mengumumkan bahwa Indonesia masih berdaulat dan akan melawan Belanda dengan bergerilya.

        Berita perlawanan ini dengan cepat tersiar ke mana-mana, termasuk sampai ke negeri Jepang. Jepang yang telah kalah perang, melihat perjuangan yang dilakukan oleh Jenderal Soedirman dan pasukannya semenjak Palagan Ambarawa adalah salah satu "obat kekesalan" bangsa Jepang atas kekalahannya dalam Perang Dunia melawan Sekutu. Terlebih Jenderal Soedirman adalah salah satu komandan PETA didikan Jepang. Maka mereka melihat, bahwa perjuangan Jenderal Soedirman saat itu mewakili bangsa Jepang untuk membalas kekalahan mereka melawan Sekutu.

        Dalam perang gerilya itu kedua belah pihak mengalami kerugian baik harta maupun jiwa, namun pihak Belanda mengalami kerugian yang lebih berat. Banyak tentara Belanda yang tewas dalam perang gerilya ini. Taktik yang berulang kali dilakukan oleh pasukan Jenderal Soedirman adalah serangan kilat, penyergapan, penyamaran dan pemasangan jebakan di setiap area peperangan. 

        Jenderal Soedirman sendiri sebenarnya tidak luput dari pengkhianatan. Dalam sebuah pengepungan, Belanda mengeluarkan tawaran pemberian sejumlah uang bagi siapa saja yang bisa menunjukkan lokasi atau menyerahkan sang Jenderal kepada Belanda. Ada salah satu anak buah Jenderal Soedirman yang tertarik dengan tawaran itu lalu mendatangi kamp Belanda. "Saya bisa membawa Anda ke Jenderal Soedirman, tapi untuk mengurangi perhatian warga, saya minta beberapa orang saja yang ke sana bersama saya." Seorang perwira Belanda berkata, "Baik, tapi jika ini jebakan, aku sendiri yang akan membunuhmu!" Maka perwira itu pun mengikuti si pengkhianat ini dari belakang. 

        Rombongan kecil itu sengaja menghindari jalan umum supaya tidak ketahuan, dan sampailah mereka ke sebuah desa tempat persembunyian Jenderal Soedirman beserta pasukannya. Saat itu tepat ba'da Maghrib, dan sudah menjadi kebiasaan Jenderal Soedirman setiap selesai shalat Maghrib beliau memberikan tausiyah kepada para prajurit dan warga. Di tengah memberikan tausiyah, mendadak rombongan Belanda yang sudah siap dengan pistol itu masuk. Seketika mushola menjadi riuh, pengkhianat itu berkata, "Itu yang sedang duduk di depan, dan mengenakan blangkon. Itulah Jenderal Soedirman."

        Sejenak perwira Belanda itu terdiam lalu mengacungkan pistolnya ke arah pelipis Jenderal Soedirman. Jenderal Soedirman tetap tenang sambil terus berzikir. Perwira Belanda ini terus mengamati, tiba-tiba dia mengarahkan pistolnya ke arah pengkhianat. "Tidak... tidak mungkin itu Jenderal Soedirman, dia hanya seorang pesakitan di kampung. Kamu telah menipu saya!!" 

        Tiba-tiba pistol itu menyalak dan ditembakkan dengan peluru tepat mengenai kepala sang pengkhianat. Seketika pengkhianat itu tewas tersungkur. Perwira Belanda itu berkata lagi, "Sudah aku bilang jangan mempermainkan aku, nyawamu taruhannya."

        Dalam wejangannya, Jenderal Soedirman berkata, "Kita ini sudah dikhianati, sudah ratusan kali dihujani dengan bom dan peluru, namun sampai detik ini kita masih hidup. Terbukti bahwa kekuatan bom dan peluru tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan Gusti Allah. Teruskan perjuangan, semakin dekatlah kepada Allah. Ingatlah semakin dekat dengan cita-cita, maka akan semakin banyak fitnah di sana, akan semakin banyak penderitaan yang kita alami. Tetapi itu belum seberapa jika dibandingkan dengan apa yang dialami orang-orang di masa lalu."


أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ


"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS Al Baqarah: 214).


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS Ali Imran: 200).

        Sampai perang gerilya berakhir, Jenderal Soedirman tetap tidak bisa ditaklukkan oleh militer Belanda. Untuk mengenang kepahlawanan Jenderal Soedirman, Pemerintah Jepang kemudian membuatkan sebuah patung pahlawan di halaman Kementrian Pertahanan Negara Jepang.

Pesan Moral:

1. Semangat patriotisme dan cinta tanah air Jenderal Soedirman pada bangsa dan negara Indonesia yang besar ini mesti kita teladani dan kita tanamkan serta dipupuk pada generasi selanjutnya. Terkait anjuran untuk mencintai tanah air, Nabi memberikan sebuah contoh teladan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 hal. 23:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا»

"Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap tanah airnya. " (HR. Bukhari).

2. Membela bangsa dan negara adalah perintah agama yaitu dalam rangka jihad fii sabilillah. Islam telah memperkenalkan jihad dengan konsep yang universal yaitu melawan nilai-nilai yang merugikan kehidupan manusia seperti penjajahan, ketidakadilan, penganiyaan, perampokan hak dan lain-lainnya.

3. Mencintai tanah air adalah sebagai bagian dari iman. Syekh Muhammad Ali dalam kitab Dalilul Falihin hal. 37 mengatakan:

حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْماَنِ

“Cinta tanah air bagian dari iman.”

Mengapa kita perlu mencintai tanah air Indonesia tercinta ini? Karena hanya dengan kondisi bangsa dan negara yang aman dan stabil, umat Muslim bisa beribadah dengan nyaman, beramal dengan baik, dan dapat beristirahat dengan nyenyak. Bayangkan saudara kita yang dilanda peperangan, seperti di negara lain, mereka tidak pernah bisa nyaman dan enak seperti kita.

Umar bin Khattab ra berkata:

ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ

“Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan berjaya.”

4. Dari Jenderal Soedirman kita belajar, bagaimana meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Dalam keadaan sakit yang memerlukan pengobatan yang layak, Jenderal Soedirman memilih memimpin perang gerilya. "Yang sakit adalah Soedirman, Panglima Besar tidak boleh sakit," demikian pesan Jenderal Soedirman manakala dirinya diperintahkan beristirahat oleh presiden Soekarno.

5. Tugas manusia hanyalah berikhtiar, lakukan tugas semampu dan semaksimal yang bisa kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, sisanya serahkan kepada sang Khaliq. Manusia hanya berusaha, Allah-lah yang akan menentukan.

2 komentar:

  1. Saran min: favicon Bloggernya ganti dong, biar lebih cakep. Bog ini adalah bukti jejak gerak dakwah Persyarikatan Muhammadiyah di Kebumen.
    Tanya min, kalau KBIHU Aisyiyah Kebumen itu lembaga, atau majelis yah? mksh

    BalasHapus
  2. Dan jika boleh, ijinkan KBIHU Aisyiyah Kebumen bisa "mejeng" di sidebarnya PDM Kebumen

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.