Al-'Ashr

Oleh Muhammad Abduh Hisyam

Demi waktu.
Sesungguhnya manusia selalu merugi.
Kecuali mereka yang beriman dan berbuat baik,
saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (Al-'Ashr)

Di dalam Alquran terdapat surat bertajuk al-ashr.  Kata "al-'ashr" seringkali diartikan "sang waktu."  Sesungguhnya kosakata waktu dalam bahasa Arab banyak jumlahnya. Di antaranya adalah "alwaqt", "as-sa'a"," az-zaman", "ad-dahr", "al-qarn," dan masih banyak lagi.  Makna "al-'ashr" bukan sekedar "waktu."  Ia bisa berarti "perasan, atau sesuatu yang diperas".  Perasan buah atau juice dalam bahasa Arab disebut "al-ashir".  "Al-'Ashr"  dapat dimaknai "waktu yang diperas." 

Waktu ashar berada di antara dhuhur dan maghrib.  Ia waktu yang terjepit. Ia bukan siang, bukan pula malam.  Ia kala menjelang senja. Ia saat yang hanya sesaat.  Jika tidak digunakan dengan sebaik-baiknya maka ia akan hilang.  Waktu ashar sering digunakan manusia untuk bersantai bersama keluarga. Minum teh  sore hari  di  rumah adalah kebiasaan banyak manusia di dunia.  Namun belum lagi manusia berlama-lama dalam bersantai, gelap pun turun.  Seolah waktu ashar hanya  datang sekejap.  

Manusia, dalam berinteraksi dengan waktu, ia berada dalam posisi terjepit. Tenaga dan pikiran selalu terperas.  Dalam surat al-'ashr Allah secara a-priori menyatakan bahwa manusia adalah merugi.  Ia kalah dalam perlombaan melawan sang kala. Bukan hanya kalah, ia juga terpuruk, terlindas dan tersungkur.  Manusia tidak mampu mengejar waktu yang berjalan.  Kita di dunia Melayu, menyebut pergerakan waktu dengan kata "waktu berjalan."   Nun di seberang lautan sana, mereka menyebut berjalannya waktu dengan "the time is running." Waktu berlari. Ia tidak berjalan, akan tetapi lari. Tidak sekedar berlari.  Ia berlari kencang bagai kijang.  Meninggalkan semua yang terlambat di belakang.

Betapa banyak manusia tidak memperhatikan pergantian sang waktu.  Manusia abai memperhatikan perputaran zaman.  Ia anggap berpindahnya matahari dari timur ke barat, dan berubahnya pagi menjadi siang, dan terang menjadi gelap sebagai rutinitas belaka.  Manusia jenis ini adalah manusia yang kalah, merugi, jatuh, terpuruk dan terlindas. 

Akan tetapi di antara manusia-manusia yang kalah karena keteldoran mereka dalam memaknai perubahan, terdapat manusia-manusia yang senantiasa menang dan bahagia menghadapi berjalannya waktu yang sangat cepat.  Mereka justru menikmati kejaran waktu.  Mereka ini –demikian Allah berfirman-- adalah orang-orang yang beriman dan berbuat baik, saling menguatkan sesama dalam berpegangan pada kebenaran, dan saling menguatkan satu sama lain dalam bersikap sabar.

Di zaman yang serba digital sekarang ini, apakah kita telah berubah menjadi manusia-manusia digital?   Teknologi digital telah memasuki semua aspek kehidupan manusia.  Mereka yang menguasai atau memiliki akses kepada big data, ialah orang-orang yang menang.  Sementara mereka yang abai, dan tidak mau mengubah diri mereka menjadi mnusia digital, mereka adalah manusia-manusia yang merugi,  la fi khusrin.

Amal saleh, apakah itu di bidang pendidikan, dakwah, kesehatan, santunan yatim dan pemberian makan untuk fakir miskin kini lebih sangkil dan mankus jika diwujudkan dalam format digital.  Penggalangan dana untuk korban bencana alam atau untuk pembangunan amal usaha, semua akan lebih mudah dan cepat jika dikerjakan dengan media social yang semuanya merupakan perangkat-perangkat lunak digital. 

Apakah dengan masuk ke dunia digital dengan serta merta kita  mendapatkan kejayaan?  Belum tentu.  Akan tetapi paling tidak kita tidak akan tertinggal.  Jika kita sudah beramal saleh dan memiliki kompas hidup yang jelas, maka kejayaan akan kita dapat jika kita selalu saling menguatkan satu sama lain untuk menyebarkan kebenaran.  Kejayaan yang kita cita-citakan dapat terwujud dengan segera, namun mustahil kejayaan itu baru  terwujud setelah bertahun-tahun.  Kita harus yakin bahwa dengan saling mengingatkan untuk bersabar insyallah kejayaan akan segera datang. 

(Kamis 19 Juli 2018, di atas kereta Kamandaka yang melaju dari Purwokerto ke Tegal.)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.