MIND POWER

_@Rumah Sehat dr. Monte_ _@Pengajian GM_
_________

Saya beberapa kali mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa yang akan lulus wisuda. "Kalau sudah kerja nanti, kepingin punya gaji atau penghasilan berapa?"

Jawabannya bermacam-macam. "Di bayar berapa pun tidak masalah," ada yang menjawab, "Bisa punya penghasilan minimal sesuai UMR," yang lain menjawab, "Dapat penghasilan 5 juta," dan seterusnya. 

Sayang saya belum pernah mendapatkan jawaban, "Saya ingin punya penghasilan 5 milyar setiap bulan." Dan saya yakin, ikhwah Fillah yang membaca tulisan ini pasti akan mentertawakan jawaban semacam ini. Apa mungkin bisa mendapatkan penghasilan 5 milyar sebulan? Alih-alih dapat 5 milyar, _wong_ lulus bisa langsung kerja saja sudah untung kok. 

Nah di sinilah pokok persoalannya. Kita ini mengaku sebagai hamba Allah, fasih lisan kita mengucap kalimat tauhid Laa Ilaha illallah. Kita pun melafazkannya dalam zikir ba'da shalat. Namun, sering tanpa kita sadari, kita sendirilah yang justru mengingkari Maha Kuasanya Allah SWT. Kita sering tidak yakin bahwa Allah 'mampu' memberikan penghasilan sebesar 5 Milyar. Padahal rizki itu Allah yang mengatur. Mudah sekali bagi Allah sekedar memberikan 5 milyar bahkan 10 trilyun kepada kita. 

Manakala sudah terpola dalam benak kita, kita hanya akan dapat penghasilan sesuai UMR, _haqqul yakin_, kita pasti bisa meraihnya, namun tidak akan melampauinya lebih tinggi lagi dari UMR tersebut. Pikiran kita telah terbelenggu, dan Allah mencukupkan dengan apa yang ada dalam pikiran kita. 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ: يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ  (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih).

Mari kita bayangkan seandainya Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra tidak memiliki azzam untuk menaklukkan dua imperium raksasa saat itu. Tentu Romawi dan Persia masih tetap eksis dan menghalangi jalan dakwah Islam. Selama kurang lebih 10 tahun masa pemerintahannya, Islam berhasil memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab.  

Inilah kekuatan akal pikiran yang telah Allah anugerahkan kepada manusia. Tidak cukup hanya itu, kemudian Allah berikan lingkungan yang sesuai dengan apa yang manusia pikirkan dan cita-citakan. Makanya tidak heran jika ada yang menyampaikan kepada Buya Hamka, ketika dirinya di Saudi rupanya di Saudi juga terdapat tempat-tempat maksiat. Buya pun menjawab, bahwa saat beliau di Amerika, beliau hanya bertemu dengan alim ulama. Apa yang kita pikirkan itulah yang menuntun kita, apakah menuju lingkungan orang-orang shaleh atau menuju lingkungan orang-orang yang senantiasa durhaka kepada Allah. 

Jangan remehkan kekuatan pikiran kita. Ibarat bermain ular tangga, langkah kita selanjutnya akan ditentukan dari pikiran kita saat ini. Apakah kita akan naik tangga menuju kesuksesan, ataukah kita akan 'ndlosor' ikut arus dan kandas tidak tentu arah.

Maka jangan biasakan diri kita terlalu banyak berharap kepada manusia. Ali bin Abi Thalib ra berkata, "Aku telah merasakan semua kepahitan dalam hidup ini, dan yang paling pahit dari semua itu adalah berharap kepada manusia." Kalau saat ini kita masih mendatangi Ketua PDM sambil mengajukan proposal permohonan dana, segera setup dan reset pikiran kita. "Ini yang terakhir aku datang kemari membawa proposal permohonan dana. Kelak, jika aku datang ke sini lagi, aku akan berkata: *'Ketua, saya kemari untuk menawarkan bantuan, kira-kira PDM butuh apa, nanti akan saya siapkan hibahnya untuk PDM'."*

Semoga tulisan ringan ini bisa menambah motivasi kita untuk senantiasa berpikir positif, penuh harap kepada Allah dan buanglah keraguan bahwa kita tidak sanggup meraihnya. Sekali lagi, pikiran kita sangat menentukan langkah kita ke depan, sangat menentukan lingkungan yang akan kita lalui. Jika kita tidak disibukkan dengan hal-hal yang besar, maka kita pasti akan disibukan dengan hal-hal yang kecil dan kurang bermanfaat. 

Wallahua'lam bish showab

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.